AQWALUL ULAMA' MENGENAI SHOLAWAT

Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh, Duhai Pemimpin kami Duhai Utusan Alloh !

Catatan Kecil : 522 -  LAYANAN TANYA JAWAB WA 082226668817

“Bahwa membaca sholawat merupakan ibadah sunnah yang paling gampang yang diberi berbagai macam kebaikan yang tidak diperoleh pada ibadah-ibadah sunnah selain membaca sholawat seperti dzikir, membaca Qur’an, sholat sunnah, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Kebaikannya antara lain yaitu sekali membaca sholawat, spontan disyafa’ati oleh Rosululloh SAW. Disamping mendapat pahalanya membaca sholawat itu sendiri. Lebih-lebih jika membacanya dengan sungguh-sungguh ikhlas dan disertai adab-adab lahir batin sebaik-baiknya.
Setengah daripada kebaikan/keutamaan  membaca sholawat lagi yaitu disamping ingat kepada Kanjeng Nabi SAW sekaligus menjadi ingat kepada Alloh SWT. Ingat kepada utusan tentu ingat kepada yang mengutus (yakni Alloh SWT). Dengan kata lain membaca sholawat sudah mengandung dzikir kepada Alloh SWT. ”

---

E. AQWAALUL ULAMA’ MENGENAI KEBAIKAN/KEUTAMAAN DAN KEISTIMEWAAN MEMBACA SHOLAWAT  

Banyak pandangan-pandangan dan pendapat para ulama’ mengenai sholawat. Ada yang diangkat dari qo’idah-qo’idah agama dan ada pula yang berdasar atas keyakinan dan pengalaman dzauqiyyah dan dari hasil-hasil mukasyafah.

Antara lain seperti dibawah ini :

1. أَقْرَبُ الطُّرُقِ إِلَى اللهِ فِي أَخِرِ الزَّمَانِ خُصُوْصًا لِلْمُسْرِفِ كَثْرَةُ الإِسْتِغْفَارِ وَالصَّلاَةِ عَلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

(1) “Jalan yang paling dekat (menuju) kepada Alloh pada akhir zaman khususnya bagi orang-orang yang berlarut-larut banyak dosa, adalah memperbanyak istighfar dan membaca sholawat kepada Nabi SAW” (Dari kitab Sa’adatud Daaroini).

2. إِنَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تُنَوِّرُ الْقُلُوْبَ  وَتُوْصِلُ مِنْ غَيْرِ شَيْخٍ إِلَى عَلاَّمِ الْغُيُوْبِ (سعادةُ الدَارينِ : 36).

(2) “Sesungguhnya membaca sholawat kepada Nabi SAW itu (dapat) menerangi hati dan mewushulkan tanpa Guru kepada Alloh Dzat Yang Maha Mengetahui segala perkara ghoib” (kitab Sa’adatud Daaroini hal. : 36).

3. وَبِالْجُمْلَةِ فَالصَّلاَةُ عَلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تُوْصِلُ إِلَى اللهِ مِنْ غَيْرِ شَيْخٍ. لأَنَّ الشَّيْخَ وَالسَّنَدَ صَاحِبُهَا لأَنَّهَا تُعْرَضُ عَلَيْهِ وَيُصَلِّي اللهُ عَلَى المُصَلِّي. بِخِلاَفِ غَيْرِهَا مِنَ الأَذْكَارِ فَلاَبُدَّ فِيْهَا مِنَ الشَّيْخِ الْعَارِفِ. وَإِلاَّ فَدَخَلَهَا الشَّيْطَانُ وَلاَيَنْتَفِعُ صَاحِبُهَا بِهَا (كَذَا فِي سَعَادةِ الدَارَيْنِ : 90).

(3) “Secara keseluruhan, membaca sholawat kepada Nabi SAW. Itu (dapat) mewushulkan kepada Alloh tanpa Guru. Oleh karena sesungguhnya Guru dan sanad di dalam sholawat itu adalah shohibus-sholawat (yakni Rosululloh SAW), oleh karena sholawat itu diperlihatkan kepada Beliau SAW dan Alloh membalas (memberi) sholawat kepada si pembaca sholawat. Berbeda dengan lainnya sholawat dari bermacam-macam dzikir. Maka tidak boleh tidak di dalam bermacam-macam dzikir itu (harus) ada guru (mursyid) yang ‘Arif Billah. Kalau tidak, maka setan akan masuk ke dalam amalan dzikir itu dan orang yang dzikir tidak dapat memperoleh manfa’at dari pada dzikirnya” (kitab Sa’adatud Daaroini hal. : 90).

Di dalam kitab Taqriibul Ushul Fii Tashiilil Wushul Fii Ma’rifati Robbi War-Rosul SAW karangan Syekh Zaini Dahlan diterangkan antara lain :

4. وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ اِتَّفَقُوْا أَنَّ جَمِيْعَ الأَعْمَالِ مِنْهَا الْمَقْبُوْلُ وَالْمَرْدُودُ إِلاَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّهَا مَقْبُوْلَةٌ قَطْعًا (تَقْرِيْبُ الأُوصُول:57, كِفَايةُ الأَتْقياء: 48).

(4) “Dan sesungguhnya para ulama’ sudah sependapat bahwa sesungguhnya bermacam-macam amal itu ada yang diterima dan ada yang ditolak, terkecuali sholawat kepada Nabi SAW itu “Maqbuulatun Qoth’an” (pasti terima)” (Taqriibul Ushul hal. : 57).

Pasti diterima artinya, sekalipun membacanya kurang hudhur, kurang khusyu’. Bahkan sekalipun membaca dengan ujub, riya’, takabur, sholawatnya tetap diterima. Adapun ujub, riya’ dan takaburnya itu ada perhitungan sendiri. Artinya tidak menyebabkan ditolaknya sholawat. Berlainan dengan amalan-amalan selain sholawat. Disana ada ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi. Kalau tidak dipenuhi, amal tersebut tidak diterima oleh Alloh SWT. Suatu amal (selain membaca sholawat) apabila dilaksanakan dengan riya’, ujub, takabur, amal itu tidak diterima. Bahkan disamping tidak diterima, kelak di akhirat dirupakan siksa untuk menyiksa orang yang beramal.

Demikian pendapat (qoul) yang paling shoheh. Dalam hubungan ini al-Mukarrom Mbah Kiyai Mu’allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA menambahkan lebih lanjut, jadi jika sholawatnya diterima, otomatis nama si pembaca sholawat dan nama orang tuanya diperkenalkan kepada Kanjeng Nabi SAW. (lihat hadits no. 19 di hal. 36 di muka). Otomatis Kanjeng Nabi mensyafa’atinya, dan Alloh SWT memberi sholawat (rahmat dan maghfiroh) kepadanya, dan para malaikat ikut memohonkan rahmat dan ampunan bagi si pembaca sholawat.

(5) Al-Mukarrom As-Syekh Al ‘Arif Billah al-Haj Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Mu’allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA Ghouts Fii Zamanihi menerangkan di dalam suatu kesempatan memberikan Kuliah Wahidiyah antara lain :

"Bahwa membaca sholawat merupakan ibadah sunnah yang paling gampang yang diberi berbagai macam kebaikan yang tidak diperoleh pada ibadah-ibadah sunnah selain membaca sholawat seperti dzikir, membaca Qur’an, sholat sunnah, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Kebaikannya antara lain yaitu sekali membaca sholawat, spontan disyafa’ati oleh Rosululloh SAW. Disamping mendapat pahalanya membaca sholawat itu sendiri. Lebih-lebih jika membacanya dengan sungguh-sungguh ikhlas dan disertai adab-adab lahir batin sebaik-baiknya.
Setengah daripada kebaikan/keutamaan  membaca sholawat lagi yaitu disamping ingat kepada Kanjeng Nabi SAW sekaligus menjadi ingat kepada Alloh SWT. Ingat kepada utusan tentu ingat kepada yang mengutus (yakni Alloh SWT). Dengan kata lain membaca sholawat sudah mengandung dzikir kepada Alloh SWT.

Berarti, membaca sholawat sudah mencakup isi dan makna dua kalimat syahadah : “ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLOH SAW”. Sedangkan dzikir kepada Alloh SWT belum tentu ingat kepada Kanjeng Nabi SAW. Lagi, diantara manfaat membaca sholawat yaitu bahwa sholawat sudah mengandung istighfar, mohon ampunan Alloh Ta’ala dan mengandung do’a “Liqodhoi Hajat” dan lain-lain (lihat hadits dimuka).

Membaca sholawat dikatakan merupakan ibadah sunnah yang paling gampang, sebab disitu tidak ada syarat-syarat harus begini harus begitu, berbeda dengan ibadah-ibadah sunnah yang lain. Seperti dzikir misalnya, syaratnya dzikir antara lain hati harus benar-benar hudhur dan di dalam menuju wushul sadar kepada Alloh, dzikir harus ada guru mursyid yang menuntunnya. Jika kita, seperti diterangkan dimuka “Dakholahas Syaiton Falaa Yantafi’u Biha Shohibuha” – tergoda oleh setan dan orang yang dzikir tidak memperoleh manfaat daripada dzikirnya".

Membaca Qur’an juga harus begitu. Harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Kalau tidak, salah-salah malah bisa dikecam oleh al-Qur’an itu sendiri sebagaimana disebutkan :

رُبَّ تَالِ الْقُرْآنِ وَالْقُرْآنُ يَلْعَنُهُ (قَالَهُ أَنَسُ ابنُ مَالِكٍ)

“Banyak orang membaca Qur’an. Dan al-Qur’an melaknati pembacanya” (Dikatakan oleh Anas bin Malik).

Hal tersebut disebabkan antara lain karena kurang tepat bacaan dan adab-adabnya. Kurang tepat tajwid dan makhrojnya. Apabila tepat segala-galanya dan lebih-lebih sambil menghayati maknanya maka, membaca al-Qur’an adalah “Afdholul Ibaadah” = paling utamanya ibadah sunnah, sebagaimana sabda hadits :

أَفْضَلُ عِبَادَتِي أُمَّتِي تِلآوَةُ الْقُرْآنِ (رَواهُ البَيْهَقِي عن النُعْمَان بن بَشِيْر).

“Paling utamanya ibadah umat-Ku adalah tilawatil  (membaca dengan menghayati) Qur’an” (Diriwayatkan oleh Baihaqi dari Nu’man bin Basyir).

Keterangan dan uraian tersebut diatas kita tidak boleh salah mengartikan, tidak boleh kita salah gunakan. Kita tidak boleh lalu meremehkan ibadah-ibadah sunnah selain membaca sholawat !. Sama sekali tidak boleh !.

Keterangan tersebut dimuka malah harus justru mendorong kita untuk lebih berhati-hati didalam menjalankan ibadah-ibadah kepada Alloh SWT, baik ibadah-ibadah sunnah dan lebih-lebih ibadah yang wajib seperti sholat lima waktu, puasa dan lain-lain. Ibadah sunnah seperti membaca Qur’an, membaca dzikir, tahlil, tasbih, sholawat, sholat sunnah dan lain-lain harus kita jalankan dengan adab-adab lahir batin yang sebaik-baiknya disamping memenuhi syarat rukunnya.

Membaca al-Qur’an misalnya, cara duduk dan menghadapnya, dalam keadaan suci dan sebagainya. Itu adab lahir. Sedangkan adab batin antara lain harus dengan niat ibadah kepada Alloh SWT dengan ikhlas tanpa pamrih, LILLAH didalam istilah Wahidiyah, hatinya harus hudhur dan menyadari bahwa yang dibaca adalah kalam Alloh yang diwahyukan kepada Rosululloh SAW. Dan bagi yang mungkin, sambil mengangan-angan atau menghayati maknanya. Bagi yang belum dapat memenuhi adab-adab seperti diatas harus ada usaha untuk belajar !.

Inilah antara yang menjadi tugas pendidikan kanak-kanak muslim sejak mulai tamyiz sampai menginjak dewasa, dan seterusnya.

Demikianlah  antara lain dawuh-2 yang pernah didawuhkan oleh Beliau Mbah Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra dlm berbagai kesempatan  tentang keutamaan membaca Sholawat.

Kembali tentang faedah membaca sholawat. Dari keterangan – keterangan diatas dapat kita simpulkan bahwa, membaca sholawat boleh dikatakan merupakan “Jembatan Emas” yang menyeberangkan manusia kepada pantai perbaikan, peningkatan dan penyempurnaan ibadah kepada Alloh SWT. Sholawat boleh diibaratkan sebagai “Kendaraan Angkasa” yang membawa pembacanya kepada tingkat iman dan taqwa yang lebih tinggi, dan memperbaiki serta menyempurnakan akhlaaqul kariimah atau pekerti luhur.

Maka oleh karena itu membaca sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW. termasuk sarana batiniah yang penting didalam mewujudkan masyarakat toto tentrem, adil makmur, bahagia lahir batin didunia dan diakhirat yang diridhoi Alloh SWT, oleh karena dengan meningkatkan iman dan taqwa maka akan muncul berbagai macam barokah yang memberi manfaat yang luas kepada segenap makhluq. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat al-A’rof ayat : 96  :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ القُرَى آمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ (7 – الأعراف : 96).

“Dan sekiranya ahli desa (negara) benar-benar iman dan taqwa, pasti kami bukakan bagi mereka bermacam-macam barokah dari langit dan dari bumi (dari arah yang dapat diperhitungkan dan yang tidak dapat diperhitungkan). Akan tetapi (sayangnya) mereka membohongkan (tidak konsekuen), maka KAMI ambil tindakan tegas mereka disebabkan karena perbuatan mereka” (7 - Al A’rof : 96).

(6) Didalam kitab Sa’adatud Daroini Fis Sholaati ‘Ala Sayyidil Kaunaini SAW diterangkan bahwa diantara faedah sholawat yang besar adalah terbayangnya hati si pembaca kepada Rosululloh SAW.

وَمِنْ أَعْظَمِ فَائِدَتِهَا اِنْطِبَاعُ صُوْرَتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَلْبِ المُصَلّي (سَعَادَةِ الدَارَيْنِ:506).

“Sebagian dari faedah membaca sholawat yang paling agung adalah tercetaknya shuroh (gambar pribadi) Rosuululloh SAW didalam hati si pembaca sholawat” (Sa’adaatud Daaroini hal. : 506).

Dalam Bahasa Jawa “Tansah Keton-ketonen” Kanjeng Nabi SAW = hati selalu terbayang kepada Kanjeng Nabi SAW. Alhamdulillah diantara para pengamal Wahidiyah banyak yang memperoleh pengalaman seperti itu.

Hubungan dengan hal tersebut, didalam Wahidiyah sering diserukan supaya melatih hati dengan istihdhor, yakni “merasa berada dihadapan Rosululloh SAW”, baik ketika membaca sholawat, maupun di luar membaca sholawat. Atau merasa seolah-olah  seperti  mengikuti Rosululloh SAW dimanapun kita berada. Dengan terus-menerus membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH”, alhamdulillah dikarunia dapat lebih mudah mengetrapkan istihdhor seperti itu.

Orang yang hatinya senantiasa istihdhor seperti itu sendiri tidak berani melakukan soal-soal atau perbuatan yang dilarang oleh agama. Tidak berani melanggar larangan-larangan Alloh dan Rosul-NYA SAW. Tidak berani melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan, baik merugikan diri sendiri lebih-lebih merugikan orang lain. Senantiasa berhati-hati didalam segala hal dan tingkah laku. Takut kalau-kalau tidak diridhoi Alloh wa Rosuulihi SAW.

Dengan kondisi batiniyah seperti itu ia akan selalu mendapat Pancaran Nur ke-nabi-an atau Nuur Nubuwwatihi SAW. Makin kuat dan makin mendalam istihdhor-nya, makin banyak bertambah-tambah pula pancaran Nur ke-nabi-an menyinari hatinya dan menembus kepada budi pekerti melahirkan akhlaqul karimah yang sempurna. Otomatis kondisi batiniyah seperti itu menjadikan orang yang bersangkutan senantiasa ber-takholluq (berbudi pekerti) seperti budi pekerti Alloh wa Rosuulihi SAW.

اللهُمَّ اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ هَؤُلآءِ آمِينْ.

Semoga Alloh menjadikan kita dan mereka termasuk golongan orang-orang seperti diatas !. Amiin !.

AL- FAATIHAH  -  MUJAHADAH  !

Sumber : Buku Kuliah Wahidiyah - Kedunglo Kediri

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "AQWALUL ULAMA' MENGENAI SHOLAWAT "

Posting Komentar